Ada sesuatu yang tak terlihat, tapi selalu hadir dalam setiap langkah Medwa Judison Perkasa.
Itu bukan sekadar visi bisnis, bukan hanya strategi atau inovasi. Itu adalah semangat dari seseorang yang hidup di masa yang jauh berbeda, tapi jasanya terasa hingga hari ini.
Kami, keluarga yang mendirikan perusahaan ini, tumbuh dalam bayang-bayang seorang pejuang — bukan pejuang yang mencari kemuliaan, tapi seorang yang memilih untuk berdiri di garis depan saat negara memanggil, dan tetap setia saat tugas berpindah dari medan tempur ke meja kerja.
Beliau adalah bagian dari generasi yang tidak banyak bicara, tapi bekerja tanpa pamrih. Di masa kritis setelah Proklamasi, beliau memimpin pasukan di wilayah pedalaman Sumatera Selatan, menjaga kedaulatan dari ancaman yang datang dari segala arah. Ia bukan hanya seorang prajurit, tapi juga pemimpin yang dipercaya rakyat, penjaga keadilan di tanah sendiri.
Setelah masa perjuangan, beliau tidak berhenti. Ia melanjutkan pengabdiannya di sektor pembangunan nasional, menjadi salah satu tokoh kunci dalam pengelolaan perkebunan negara. Di sinilah ia menunjukkan bahwa perjuangan sejati tidak berakhir dengan gencatan senjata, tapi berlanjut dalam bentuk ketekunan, integritas, dan tanggung jawab.
Dari beliau, kami belajar bahwa kekuatan bukan hanya diukur dari pangkat, tapi dari keteguhan hati. Bahwa kemajuan tidak datang dari sorotan, tapi dari kerja yang konsisten, di balik layar.
Kami tidak lahir dari kemewahan. Kami lahir dari nilai-nilai yang ditanamkan, dari kisah-kisah yang diceritakan di meja makan, dari prinsip yang tidak pernah ditawar-tawar.
Nama Medwa Judison Perkasa bukan sekadar gabungan suku kata. Setiap bagian adalah penghormatan, janji, dan doa:
"Medwa" menggabungkan nama cucu-cucu beliau — Medira dan Adhwa — sebagai simbol generasi baru yang diharapkan mewarisi semangatnya.
"Judison" adalah akronim dari Joesoef Emdhy and Son — pengakuan bahwa perusahaan ini berakar dari beliau, dan dibangun oleh anak-cucunya.
"Perkasa" adalah tekad: bahwa kami ingin menjadi kuat, bukan hanya secara bisnis, tapi secara moral, mandiri, dan berdampak.
Kami tahu, beliau tidak pernah bermimpi punya perusahaan bernama seperti ini. Tapi kami yakin, beliau akan mengerti: bahwa melanjutkan perjuangan bukan berarti mengenakan seragam, tapi membangun sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.
H.M. Joesoef Emdhy membangun perkebunan negara untuk kemandirian pangan dan kesejahteraan rakyat. Kami melanjutkan misi itu dengan cara kami sendiri.
Medwa Judison Perkasa bergerak di sektor agrikultur modern, dengan fokus pada tanaman pangan, perkebunan berkelanjutan, dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Kami percaya, tanah adalah sumber kehidupan, dan pembangunan yang sejati dimulai dari desa.
Dengan membangun pertanian yang produktif dan adil, kami ingin membuktikan bahwa semangat beliau masih hidup — bukan dalam bentuk seragam, tapi dalam bentuk panen yang melimpah, petani yang sejahtera, dan tanah yang dihormati.
Warisan ini bukan milik satu orang. Ini adalah milik seluruh keluarga, yang dari generasi ke generasi memilih untuk tetap setia pada nilai-nilai yang diajarkan.
Ada yang meneruskan di bidang pendidikan, ada yang mengabdi di sektor publik, dan ada yang, seperti kami, memilih jalan kewirausahaan. Tapi semuanya punya satu benang merah: rasa tanggung jawab yang dalam terhadap tanah air.
Kami tidak ingin menjadi perusahaan besar yang kosong makna. Kami ingin menjadi perusahaan yang dihormati karena caranya, bukan hanya karena hasilnya.
Kami tahu, beliau tidak pernah menuntut apapun. Tapi kami ingin membuktikan, bahwa pengorbanannya tidak sia-sia.
Kami tidak membawa senjata. Kami membawa bibit, teknologi, dan mimpi.
Kami tidak mempertahankan wilayah. Kami membangun kemandirian pangan.
Kami tidak melawan penjajah. Kami melawan kemiskinan dan keterbelakangan.
Dan dalam setiap keputusan, dalam setiap proyek, dalam setiap panen —
kami membawa semangat H.M. Joesoef Emdhy.
"Patah tumbuh, hilang berganti. Gugur satu, tumbuh seribu."
"Teruskan, teruskanlah djiwa kami."